Sunday, September 1, 2013

   

Sebuah Syair Pemikiran part 4 end - Jeratan Ekonomi



Jeratan Ekonomi 

Budaya korup di negeri ini sudah mengakar kuat sejak jaman VOC, merekalah yang pertama-tama mengajari para pribumi ini untuk berbuat dan berfikiran korup, hingga akhirnya budaya itu sendiri yang menghancurkan mereka. Namun apa daya, sebuah virus sudah tertanam di benak para pribumi rekanan orang-orang Belanda tersebut, yang hingga ratusan tahun kemudian masih menjadi budaya yang sangat kuat turun-temurun. Kemudian diperparah dengan sebuah rezim hasil kudeta selama 32 tahun, yang memiliki sifat sangat korup hingga menjadikan negeri ini sebagai negeri terkorup se-asia. Tapi sejarah bukanlah untuk ditangisi dan di sesali, karena hal itu sudah terjadi, cukup dijadikan cermin kehidupan dan pelajaran untuk dapat merubah masa depan negeri yang kaya akan potensi ini.

Masih beruntung negeri ini dapat bebas dari penjajahan berkat perjuangan berdarah-darah dari para pejuangnya di masa silam. Baik itu berjuang secara pemikiran maupun berjuang secara fisik dengan nyawa sebagai taruhannya. Tidak seperti negeri tetangga, yang hanya mampu berjuang dengan mogok kerja selama sehari sebagai puncak perjuangannya. Hingga jadilah ia negeri boneka, bukan merdeka. Sebagaimana mahfum diketahui, bahwa sebuah negara persemakmuran bukanlah negara merdeka, karena secara politik negera tersebut masih mengakui Inggris sebagai ibu negaranya. Karena kemerdekaan mereka yang di ‘beri’ bukan di rebut. Merdeka di negeri tersebut hanyalah sebuah slogan propaganda kepada rakyatnya, agar merasa seolah-olah mereka terbebas dari penjajahan. Mereka hanya berpindah dari model penjajahan yang lama kepada model penjajahan baru yang lebih halus. Penjajah tersebut menggunakan taktik model anak kecil yang masih menyusui, seolah-olah negeri tersebut belum bisa berdiri tegak tanpa menyusu kepada induknya.

Namun sebenarnya, negeri inipun belum merdeka seutuhnya. Kita masih dapat melihat betapa perusahaan-perusahaan asing dengan leluasa mengeruk hasil bumi negeri ini, mulai dari minyak, emas dan hasil bumi lainnya. Mereka dengan seenaknya mengambil hasil bumi negeri ini, itu karena mereka sadar betapa kayanya negeri ini. Sedangkan pemerintah, seolah terlena dengan perjanjian yang sebenarnya seratus persen menguntungkan perusahaan asing tersebut. Begitu juga secara ekonomi, perekonomian negeri ini tidaklah terbebas dari tekanan ekonomi dunia yang sangat fluktuatif. Sadar atau tidak, situasi tersebut sebenarnya di ciptakan oleh negara-negara ‘besar’ sehingga kapanpun mereka menghendaki terjadi krisis ekonomi di negeri ini, maka terjadilah krisis tersebut. Hal yang tidak seimbang, mengingat kekayaan alam negeri yang sangat melimpah, yang seharusnya menjadi basis utama untuk memakmurkan rakyatnya.

Sistem ekonomi yang di adopsi dari barat ini, sengaja di ciptakan menjadi sebuah ketergantungan. Sehingga jika terjadi goncangan ekonomi yang hebat di sebuah negara besar atau kawasan tertentu, maka negeri ini dengan otomatis akan terkena dampaknya yang bahkan bisa jadi lebih buruk dari dampak yang dirasakan oleh negara besar yang terkena krisis tersebut. Sistem tersebut aku sebut dengan sistem ‘Ekonomi Ketergantungan’. Karena semua hal di bidang ekonomi akan tergantung dengan kondisi ekonomi di negara lain, terutama negara-negara tujuan export.

Aku sadar, ketika bergulat di bidang ekonomi saja, tidaklah mampu membuatku untuk menghasilkan atau mengerjakan sesuatu yang besar. Saat ini aku hanya bisa menuliskan pemikiranku saja, minimal itu yang dapat aku lakukan. Sehingga ketika kelak sudah terbebas dari pergulatan ekonomi baik ekonomi sendiri maupun keluarga, aku sudah tahu apa yang aku ingin kerjakan dan yang ingin aku capai ke depan. Minimal aku dapat membuat sebuah roadmap tentang menuju kebesaran sebuah bangsa.

[...fin...]

No comments:

Post a Comment

Recent Comments