Jeratan Ekonomi
Budaya korup di negeri ini
sudah mengakar kuat sejak jaman VOC, merekalah yang pertama-tama mengajari para
pribumi ini untuk berbuat dan berfikiran korup, hingga akhirnya budaya itu
sendiri yang menghancurkan mereka. Namun apa daya, sebuah virus sudah tertanam
di benak para pribumi rekanan orang-orang Belanda tersebut, yang hingga ratusan
tahun kemudian masih menjadi budaya yang sangat kuat turun-temurun. Kemudian
diperparah dengan sebuah rezim hasil kudeta selama 32 tahun, yang memiliki
sifat sangat korup hingga menjadikan negeri ini sebagai negeri terkorup
se-asia. Tapi sejarah bukanlah untuk
ditangisi dan di sesali, karena hal itu sudah terjadi, cukup dijadikan cermin
kehidupan dan pelajaran untuk dapat merubah masa depan negeri yang kaya akan
potensi ini.
Masih beruntung negeri ini
dapat bebas dari penjajahan berkat perjuangan berdarah-darah dari para
pejuangnya di masa silam. Baik itu berjuang secara pemikiran maupun berjuang
secara fisik dengan nyawa sebagai taruhannya. Tidak seperti negeri tetangga,
yang hanya mampu berjuang dengan mogok kerja selama sehari sebagai puncak
perjuangannya. Hingga jadilah ia negeri boneka, bukan merdeka. Sebagaimana
mahfum diketahui, bahwa sebuah negara persemakmuran bukanlah negara merdeka,
karena secara politik negera tersebut masih mengakui Inggris sebagai ibu
negaranya. Karena kemerdekaan mereka yang di ‘beri’ bukan di rebut. Merdeka di
negeri tersebut hanyalah sebuah slogan propaganda kepada rakyatnya, agar merasa
seolah-olah mereka terbebas dari penjajahan. Mereka hanya berpindah dari model
penjajahan yang lama kepada model penjajahan baru yang lebih halus. Penjajah
tersebut menggunakan taktik model anak kecil yang masih menyusui, seolah-olah
negeri tersebut belum bisa berdiri tegak tanpa menyusu kepada induknya.
Namun sebenarnya, negeri
inipun belum merdeka seutuhnya. Kita masih dapat melihat betapa perusahaan-perusahaan
asing dengan leluasa mengeruk hasil bumi negeri ini, mulai dari minyak, emas
dan hasil bumi lainnya. Mereka dengan seenaknya mengambil hasil bumi negeri
ini, itu karena mereka sadar betapa kayanya negeri ini. Sedangkan pemerintah,
seolah terlena dengan perjanjian yang sebenarnya seratus persen menguntungkan
perusahaan asing tersebut. Begitu juga secara ekonomi, perekonomian negeri ini
tidaklah terbebas dari tekanan ekonomi dunia yang sangat fluktuatif. Sadar atau
tidak, situasi tersebut sebenarnya di ciptakan oleh negara-negara ‘besar’ sehingga
kapanpun mereka menghendaki terjadi krisis ekonomi di negeri ini, maka
terjadilah krisis tersebut. Hal yang tidak seimbang, mengingat kekayaan alam
negeri yang sangat melimpah, yang seharusnya menjadi basis utama untuk
memakmurkan rakyatnya.
Sistem ekonomi yang di adopsi
dari barat ini, sengaja di ciptakan menjadi sebuah ketergantungan. Sehingga
jika terjadi goncangan ekonomi yang hebat di sebuah negara besar atau kawasan
tertentu, maka negeri ini dengan otomatis akan terkena dampaknya yang bahkan
bisa jadi lebih buruk dari dampak yang dirasakan oleh negara besar yang terkena
krisis tersebut. Sistem tersebut aku sebut dengan sistem ‘Ekonomi Ketergantungan’.
Karena semua hal di bidang ekonomi akan tergantung dengan kondisi ekonomi di
negara lain, terutama negara-negara tujuan export.
[...fin...]
No comments:
Post a Comment