Thursday, August 29, 2013

   

Sebuah Syair Pemikiran part 1 - Kesadaran Tingkat Tinggi



Kesadaran Tingkat Tinggi
 
Hidup ini kering, sekering hatiku saat ini. Tanpa asa tanpa arah, bagai biduk merindukan rembulan. Aku tak tahu harus berbuat apa. Ketika impianku terhunus pedang panjang nan tajam, aku harus tetap hidup. Hanya saja, jalanku menjadi kabur kembali, oleh kabut disekelilingku yang pekat putih dan lembab. Yang aku inginkan hanyalah menyambung hidup sesuai jalanku, jalan yang aku pilih sendiri tanpa ada seorangpun yang merintangi. Tapi itu tidak mungkin, karena hidup ini haruslah kompleks. Jika saja aku bukanlah aku, mungkin takkan sekompleks ini yang kurasakan. Kadang aku bermimpi untuk menjadi anak orang kaya, yang tanpa ‘koyo’ untuk menikmati hidup. Tapi jangan, jika demikian adanya berarti aku tak menghargai hidup itu sendiri. Lebih parahnya lagi aku tidak mensyukuri hidupku ini. Namun pertanyaan muncul kembali, haruskah aku menjalani hidup ini sesuai jalan yang aku pilih? Ataukah aku harus menuruti kata mereka tentang hidup yang ideal. Aku ingin bebas, lepas dari segala tekanan. Terutama yang datang dari orang sekitarku. Aku tak mampu untuk menghindar, juga kabur dari apa yang menurut mereka baik buatku. Aku merasa berbeda, dan memang aku orangnya beda dari kebanyakan orang. Tapi apakah perbedaan itu lantas menghalangiku untuk mencapai impian yang aku idamkan. Aku tak mau itu, yang aku mau hanyalah menjalani hidup sesuai dengan keinginan dan keputusanku ini.

Sering aku mendengar tentang hidup yang ideal, berkecukupan, memiliki rumah idaman, mobil yang nyaman dan segala materi yang dapat membuat orang hidup dalam mimpi. Aku juga tak munafik, semua itu juga ada dalam benakku. Tapi bagiku itu bukanlah tujuan akhir dalam hidupku, aku menganggapnya kecil. Itu semua hanyalah bagian kecil dari hidup itu sendiri, dan bukan tujuan utama bagiku. Aku akan memiliki rumah sendiri, mobil sendiri dan segala sesuatu yang menurut kebanyakan orang indah. Tapi bagiku itu bukan keindahan, hanya fasilitas untuk hidup. Mimpiku jauh lebih besar dari itu. Aku tak mau membatasi diri dengan materi, bagiku ada yang jauh lebih indah dari materi. Hal yang kebanyakan orang alpha untuk melihatnya, apalagi merasakannya. Aku anggap ini adalah kesadaran tingkat tinggi. Dan hanya orang-orang tertentu yang dapat merabanya, hanya meraba.

Kesadaran tingkat tinggi ini hanya dapat kita temui apabila kita memiliki sebuah cita-cita yang sangat besar, karena aku percaya, hanya orang besar yang mampu berfikir besar. Aku melihatnya dalam diri Sukarno, Hitler, Gajah Mada bahkan dalam diri Rasulullah sendiri. Aku melihat sebuah potensi yang sangat besar dalam diriku, juga bangsaku. Dan aku terus berfikir, bagaimana cara memaksimalkan potensi besar tersebut. Ibarat menanam bunga, segala kebutuhannya haruslah aku penuhi, mulai dari memupuk, menyiram hingga menjaganya dari berbagai ancaman sekelilingnya. Hingga kita dapat menikmati bunga bermekaran yang indah dan harum wanginya. Pernah aku terfikir untuk pergi menyendiri ke gunung, menyelami diriku sendiri, mempertajam pemikiranku dan menemukan falsafah hidup yang sebenarnya. Karena itu jugalah yang pernah dilakukan orang-orang besar pada masanya, menyendiri dan berfikir. Namun sepertinya aku belum siap dengan itu. Yang aku bisa lakukan saat ini, adalah menyendiri di dalam kamar dan menulis. Menulis tentang segala yang aku alami dan rasakan. Menulis perjalanan dan pemikiran. Yang mungkin dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang besar, atau minimal dapat berfikir besar.

(to be cont...)

No comments:

Post a Comment

Recent Comments