Kesadaran Tingkat Tinggi
Hidup ini kering, sekering hatiku
saat ini. Tanpa asa tanpa arah, bagai biduk merindukan rembulan. Aku tak tahu
harus berbuat apa. Ketika impianku terhunus pedang panjang nan tajam, aku harus
tetap hidup. Hanya saja, jalanku menjadi kabur kembali, oleh kabut
disekelilingku yang pekat putih dan lembab. Yang aku inginkan hanyalah
menyambung hidup sesuai jalanku, jalan yang aku pilih sendiri tanpa ada
seorangpun yang merintangi. Tapi itu tidak mungkin, karena hidup ini haruslah
kompleks. Jika saja aku bukanlah aku, mungkin takkan sekompleks ini yang
kurasakan. Kadang aku bermimpi untuk menjadi anak orang kaya, yang tanpa ‘koyo’
untuk menikmati hidup. Tapi jangan, jika demikian adanya berarti aku tak
menghargai hidup itu sendiri. Lebih parahnya lagi aku tidak mensyukuri hidupku
ini. Namun pertanyaan muncul kembali, haruskah aku menjalani hidup ini sesuai
jalan yang aku pilih? Ataukah aku harus menuruti kata mereka tentang hidup yang
ideal. Aku ingin bebas, lepas dari segala tekanan. Terutama yang datang dari
orang sekitarku. Aku tak mampu untuk menghindar, juga kabur dari apa yang
menurut mereka baik buatku. Aku merasa berbeda, dan memang aku orangnya beda
dari kebanyakan orang. Tapi apakah perbedaan itu lantas menghalangiku untuk
mencapai impian yang aku idamkan. Aku tak mau itu, yang aku mau hanyalah
menjalani hidup sesuai dengan keinginan dan keputusanku ini.
Sering aku mendengar tentang
hidup yang ideal, berkecukupan, memiliki rumah idaman, mobil yang nyaman dan
segala materi yang dapat membuat orang hidup dalam mimpi. Aku juga tak munafik,
semua itu juga ada dalam benakku. Tapi bagiku itu bukanlah tujuan akhir dalam
hidupku, aku menganggapnya kecil. Itu semua hanyalah bagian kecil dari hidup
itu sendiri, dan bukan tujuan utama bagiku. Aku akan memiliki rumah sendiri,
mobil sendiri dan segala sesuatu yang menurut kebanyakan orang indah. Tapi
bagiku itu bukan keindahan, hanya fasilitas untuk hidup. Mimpiku jauh lebih
besar dari itu. Aku tak mau membatasi diri dengan materi, bagiku ada yang jauh
lebih indah dari materi. Hal yang kebanyakan orang alpha untuk melihatnya,
apalagi merasakannya. Aku anggap ini adalah kesadaran tingkat tinggi. Dan hanya
orang-orang tertentu yang dapat merabanya, hanya meraba.
Kesadaran tingkat tinggi ini
hanya dapat kita temui apabila kita memiliki sebuah cita-cita yang sangat
besar, karena aku percaya, hanya orang besar yang mampu berfikir besar. Aku
melihatnya dalam diri Sukarno, Hitler, Gajah Mada bahkan dalam diri Rasulullah
sendiri. Aku melihat sebuah potensi yang sangat besar dalam diriku, juga
bangsaku. Dan aku terus berfikir, bagaimana cara memaksimalkan potensi besar
tersebut. Ibarat menanam bunga, segala kebutuhannya haruslah aku penuhi, mulai
dari memupuk, menyiram hingga menjaganya dari berbagai ancaman sekelilingnya.
Hingga kita dapat menikmati bunga bermekaran yang indah dan harum wanginya.
Pernah aku terfikir untuk pergi menyendiri ke gunung, menyelami diriku sendiri,
mempertajam pemikiranku dan menemukan falsafah hidup yang sebenarnya. Karena
itu jugalah yang pernah dilakukan orang-orang besar pada masanya, menyendiri
dan berfikir. Namun sepertinya aku belum siap dengan itu. Yang aku bisa lakukan
saat ini, adalah menyendiri di dalam kamar dan menulis. Menulis tentang segala
yang aku alami dan rasakan. Menulis perjalanan dan pemikiran. Yang mungkin
dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang besar, atau minimal
dapat berfikir besar.
(to be cont...)
No comments:
Post a Comment