Durian Monthong dan Orang Jerman
Setelah seharian
berjalan-jalan menemani Ibu-ibu perias dan rombongannya, saya menyempatkan diri
membeli Durian Monthong di pinggiran jalan arah dari Platinum Mall ke First
Hotel. Di sini harga Durian Monthong sangat terjangkau, hanya dengan 80 bath
sudah dapat segepok Durian Monthong dalam wadah plastik seperti yang di jajakan
di mall-mall di Indonesia. Itu berarti seharga 32 ribu rupiah, sedangkan di
Indonesia dengan ukuran yang sama bisa seharga 90 ribu rupiah atau lebih. Di
sini Durian Monthong kupas di jual dengan berbagai macam harga mulai dari harga
40 bath untuk ukuran yang paling kecil hingga harga 120 bath untuk ukuran yang
paling besar.
Rasa capek tidak dapat
mengalahkan niat saya untuk menyantap si Durian yang saya beli malam itu, tapi
sebelumnya saya makan malam dulu dengan ayam goreng yang saya beli dari seorang
pedagang kaki lima yang berasal dari Myanmar dan beragama Islam. Karena dia
orang Islam, tentulah dia menjual makanan halal, walaupun secara rupa, ayam
gorengnya tidak menarik di mata.
Selepas bersih-bersih diri,
saya segera menuju lantai dasar hostel di tempat di mana orang bisa makan
makanan. Tentu saya tidak berencana memakan durian saya di dalam kamar. Karena
saya berbagi kamar dengan bule-bule yang ada di Bangkok. Apa jadinya ketika
kamar mereka sangat bau di malam itu akibat ulah saya dan si Durian. Selesai
makan ayam goreng, saya hendak melanjutkan ke menu penutup atau dessert yaitu
Durian saya. Eh tiba-tiba ada seorang bule datang dan duduk di kursi yang
lumayan dekat dengan tempat saya makan. Biasa, karena saya orang Jawa, saya
segera meminta ijin ke dia untuk makan Durian saya yang sudah menunggu di meja.
Takutnya dia tidak bisa menerima bau Durian dan memaki-maki saya. Ternyata dia
meng-iyakan atau bilang tidak apa-apa buat saya untuk memakan Durian tersebut.
Kamipun berkenalan, si bule
cewek bernama Katharina dan dia dari Jerman. Dia baru tiba di Bangkok 2 hari
yang lalu dengan pacarnya. Dan akan berangkat ke Thailand selatan keesokan
harinya. Dia bercerita kalau dia sendiri mencoba buah aneh tersebut siang hari
tadi. Dan bilang kalau dia seperti sedang memakan kaki orang yang sangat bau
saat memakan buah Durian yang dia beli. Sayapun tertawa mendengarnya. Diapun
segera membuang sisa durian yang masih banyak karena tidak tahan dengan bau dan
rasanya. Saya segera menjelaskan ke dia bahwa sebagian orang terutama orang
Indonesia, durian adalah buah dari syurga alias buah yang paling enak untuk di
makan. Sedangkan sebagian yang lain, dengan baunya saja tidak bisa. Dan dia
adalah termasuk orang yang tidak dapat menikmati durian itu. Karena bagi dia
Durian adalah seperti kaki seseorang yang berbau busuk. Mendengar penjelasan
itu saya tetap melanjutkan menikmati durian monthong yang saya beli.
Tak lama kemudian si bule
cowok pacarnya datang dan berkenalan dengan saya. Dia bernama Sasha, aneh
memang, kalau di Indonesia dia sudah di jadikan bumbu penyedap rasa. Dan mereka
juga bilang aneh ketika orang Indonesia seperti saya bisa memiliki nama Fritz
alias nama umum untuk orang Jerman. Saya bilang jika pengen tau, ya silahkan
tanya bapak saya yang memberi nama saya itu. Kamipun sempat mengobrol lama
tentang aktivitas kami tadi dan yang akan datang di Thailand. Segera saya
memberikan Brosur promosi usaha saya di Indonesia ke mereka dengan harapan
mereka akan menemui saya nanti ketika berkunjung ke Indonesia.
Oh iya, itu bukanlah terakhir
kalinya saya makan Durian Monthong di Bangkok. Karena pada malam berikutnya
ketika mengantar Bu Titik pulang ke hotel, beliau sempat membelikan saya
sebungkus Durian di jalanan yang sama. Dan malamnya ketika berada di kamar hotel
mas Mahe, kami menikmati Durian jatah mereka sehingga Durian saya masih utuh
dan berada dalam tas saya dengan aman hingga terlupa. Keesokannya, karena
kelaparan dan belum sarapan, karena tidak jatah sarapan untuk saya, maka Durian
sayalah yang menjadi sasaran untuk di masukkan ke dalam perut kosong ini.
Jadilah sarapan saya pagi itu segepok Durian Monthong, slruup... nikmaaat...
(to be cont...)
Can tulisannya terlalu teks book. Kaya baca tulisan di buku pelajaran bahasa Indonesia kelas 3 SD. But nice sharee. N keep post bro.
ReplyDelete