Friday, May 23, 2014

   

“Pleidoi Setan, Saya Setan Anda Siapa?”



“Pleidoi Setan, Saya Setan Anda Siapa?”

Entah mengapa hasrat menulis saya akhir-akhir ini menurun drastis, tajam seperti turunnya air terjun setinggi 100 meter. Terhitung sudah 3 bulan lamanya saya tidak aktif menulis, dengan tulisan terakhir yang mengulas petualangan kami tim Travelistar Penjelajah mendaki Gunung Penanggungan yang mendebarkan. Mungkin kalau teman saya si Fafa (the stage manager) tidak menyinggung tentang menulis ulasan Penampilan teater teman-teman Teater Lingkar yang baru saja saya tonton, akan terus terjadi perdebatan di hati saya apakah saya akan mengulasnya atau tidak, dan mungkin sepuluh jari saya saat ini tidak akan menyentuh keyboard laptop untuk mengetik tulisan yang sedang anda baca ini.

Baiklah, tanpa berbasa-basi lagi, kali ini saya akan berbagi pengalaman seru menikmati pertunjukan persembahan Teater Lingkar Surabaya pada malam peringatan 17 tahun eksistensi Teater Lingkar Surabaya yang pastinya seru luar biasa membahana cakrawala tata surya jagat raya lebay sekali ya…

Adalah sebuah Theater Performing bertajuk “Pleidoi Setan, Saya Setan Anda Siapa?”. Sedari awal saya mendengar judul tersebut, yang terbersit di otak adalah sebuah petunjukan teater bertemakan horror. Namun yang terjadi adalah di luar dugaan, walaupun sudah saya suruh masuk, tetap saja di luar, dugaan.

Kembali saya di buat takjub oleh teman-teman Teater Lingkar Surabaya, setelah sebelumnya saya menyaksikan pertunjukan mereka di malam sastra tahun lalu, (it’s too bad saya melewatkan malam sastra yang baru saja diselenggarakan beberapa waktu lalu). Kali ini saya dua kali lipat takjubnya bahkan kuadrat takjub saya menyaksikan kekonyolan dan kelihaian mereka dalam menampilkan pertunjukan tersebut. Mungkin kata yang paling tepat adalah saya di buat lebih nge-fans lagi sama teman-teman dari Teater Lingkar Surabaya (ojok Ge Er rek-red), terutama aksi si Gegeh yang begitu konyol dan menjiwai peran, it’s a mind blowing action, saya kira hanya wajah Gegeh saja yang terlihat konyol, ternyata aksi panggungnya juga tampak konyol dan alami, konyolnya.

Jam menunjukkan pukul 7.45 wib ketika saya memutuskan untuk duduk di bangku paling depan dalam gelapnya gedung kesenian Cak Durasim yang berada di Kompleks Taman Budaya Jl. Genteng Kali 85 Surabaya. Penonton yang memadati gedungpun cukup ramai yang kebanyakan adalah anak-anak muda Surabaya dan sekitarnya yang masih peduli dengan kesenian dan budaya bangsa sendiri, thanks guys. Cukup lama kami menunggu acara di mulai, tak tampak wajah para penonton lantaran gelap gulita, yang tampak hanya keriuhan obrolan mereka dari berbagai sudut gedung.

Ketika acara dimulai, muncullah 2 MC di atas panggung yang masih tertutup tirai besar berwarna merah tua. Mereka terlihat begitu kompak dalam membawakan acara tersebut, dari pembukaan hingga dimulainya pertunjukan. Yang satu cewek mirip Cut Tari dan satu lagi cowok tidak mirip siapa-siapa, bagi yang tidak tahu siapa itu Cut Tari berarti kebangetan, karena pasti belum lihat videonya.

Pertunjukan di mulai dengan terbukanya tirai merah panggung dengan efek asap yang mengepul menyelimuti sebagian besar panggung. Di tengah-tengah tampak seorang lelaki menggendong seorang wanita di punggungnya yang dikemudian waktu saya baru paham bahwa mereka sedang memerankan sosok Adam dan Hawa. Di sisi kanan dan kiri panggung tampak pula sosok lelaki dan perempuan dengan aksesoris yang mencolok seperti sosok setan. Tak lama terdengar suara dari belakang panggung, ternyata itu suara tuhan, yang memerintahkan para setan untuk bersujud kepada Adam. Namun para setan menolak lantaran merasa lebih tinggi derajatnya, dan pastilah mudah di tebak apa yang terjadi selanjutnya. Setan kemudian membujuk Adam dan Hawa untuk berbuat maksiat, kemudian mereka di turunkan ke Bumi kemudian mereka bertobat, sedangkan setan di usir dari surga kemudian berjanji untuk menyesatkan anak cucu Adam hingga kiamat tiba bla bla bla…

Yang menarik adalah adegan setan membujuk Adam dan Hawa, tidak seperti pada cerita di kitab-kitab suci, adegan setan membujuk Adam dan Hawa disini dengan melakukan tarian-tarian aneh di iringi background musik bertema padang pasir.

Scene selanjutnya tampak sebuah warung dengan segala dagangannya yang sedang ditunggui seorang wanita cantik. Tampak pula seorang lelaki perlente dengan baju berwarna cerah dan berkacamata hitam di dahi mendatangi si wanita penjaga warung dan memulai obrolan. Sedang di kejauhan ada 2 sosok setan junior yang sedang merencanakan skenario jahat untuk menjerumuskan kedua manusia di warung tersebut.

Si lelaki berusaha merayu sang wanita, dia mengatakan bahwa dia tidak mau seperti para pejabat di negeri ini yang gemar korupsi, tidak mau seperti para caleg yang suka menghabiskan uangnya demi suara terbanyak, yang giliran dia jadi anggota legislatif maka uang rakyat pula di rampoknya. Dia lebih suka menjadi orang biasa-biasa atau bahkan pengangguran seperti saat ini, tapi tidak korupsi. Maka obrolan hangat antar keduanya pun di mulai dengan 2 sosok setan di samping masing-masing yang sedang membujuk keduanya untuk berbuat dosa. Adegan-adegan konyolpun terjadi ketika si setan berusaha merayu keduanya, seperti adegan mengibaskan kipas ke arah (maaf) kemaluan si wanita kemudian beralih ke si lelaki dengan meniup pakai mulut kearah kemaluannya. Lucunya lagi si setan lelaki ini tingkah lakunya seperti banci yang banyak tingkah dan lemah gemulai.

Di tengah obrolan hangat itu, datanglah seorang nenek-nenek tua yang berpakaian seperti dukun sakti. Di bujuknya si lelaki untuk membeli jimatnya berupa cincin bernama Tunduk Bawuk, dengan khasiat dapat menundukkan hati sang wanita cantik untuk di ajak mesum. Namun jimat tersebut tidak gratis, dengan uang 1 juta si lelaki bisa memperoleh cincin sakti tersebut. Lantaran bingung sebagai pengangguran yang tak punya uang, si lelaki tak dapat membeli cincin sakti Tunduk Bawuk itu. Disitulah sosok setan beraksi, mereka membujuk lelaki itu untuk mencuri dompet si dukun dari dalam tasnya yang berisi banyak uang. Setelah berhasil mencuri, maka si lelaki pamit dan berpura-pura untuk mengambil uangnya.

Si lelakipun pergi, kini giliran si nenek dukun mendatangi sang wanita cantik dan membujuknya untuk membeli jimat berupa keris untuk penglaris dagangannya. Sang wanita setuju dan tak lama kemudian si nenek pergi dan sang wanita masuk ke dalam warungnya. Datanglah si lelaki tadi hendak membayar utang kepada sang wanita cantik. Sebelumnya dia sudah minum-minum minuman keras yang di oplos dengan berbagai bahan berbahaya seperti spirtus dan beer, ide itupun muncul dari kedua setan yang berada di dekatnya. Dalam keadaan mabuk itulah si lelaki merayu wanita untuk mau di ajak mesum. Lantaran si lelaki membawa uang banyak dan melunasi utangnya serta memberikan lebih, maka sang wanitapun mau diajak mesum.

Dalam adegan mesum berupa video bayangan sebagai latar belakang panggung, kedua setanpun mengobrol ria, bersuka ria dan bergembira ria. Mereka telah berhasil menjalankan misi menyesatkan manusia. Namun ada satu hal yang mengganjal di hati mereka (emang setan punya hati? -red), telah muncul fenomena bahwa beberapa manusia saat ini telah memerankan peran mereka, yaitu menyesatkan manusia lainnya, seperti si nenek dukun tadi. Kalau ini dibiarkan terjadi, maka para setan akan menganggur dan tidak memiliki pekerjaan lagi. Kedua setanpun kini gelisah, jika ini terus menerus terjadi, maka fungsi setan akan digantikan oleh manusia juga.

Selesai melakukan adegan mesum, kedua orang lelaki dan wanita tadi keluar dari warung dan berasyik masyuk, tak lama muncullah si nenek dukun dengan wajah marah dan teriak-teriak tidak karuan. Dia menuduh si lelaki telah mencuri uangnya. Si lelaki tidak terima di tuduh nenek dukun tersebut. Dalam keadaan mabuk si lelaki berusahan membunuh si nenek dengan sebilah pisau dapur. Terjadi perkelahian antar keduanya hingga pisau dapur tersebut terjatuh. Kemudian si lelaki berhasil membunuh nenek dukun itu dengan menjeratkan kalung si nenek dukun ke lehernya. Setelah itu si lelaki mengalami sakaratul maut pula, lantaran telah meminum minuman keras oplosan hingga tewas. Si wanita cantik hanya bisa menangis keras melihat kejadian-kejadian itu, end of scene.

Scene selanjutnya, tampak 2 sosok setan senior sedang berdiri di atas singgasana di tengah-tengah panggung, kemudian muncullah empat sosok setan junior beriringan dengan mengumandangkan kata-kata aneh “Saya Setan, Anda Siapa? Saya Setan, Anda Siapa” berulang-ulang sembari berjalan berputar-putar di atas panggung dengan kata-kata terakhir “Anda Setan, Saya Siapa?”. Mereka tiba-tiba terhenti dan menggosip satu sama lain, mereka saling curhat tentang keadaan manusia yang sekarang mulai memerankan peran setan dalam hal penyesatan anak cucu Adam. Mereka khawatir jika ini terjadi maka selanjutnya mereka akan menjadi pengangguran. Masak iya setan nganggur.

Di tengah kekhawatiran tersebut, sosok setan Senior segera angkat bicara. Mereka curhat kepada tuhan. Mereka bilang bahwa kejadian di surga dulu hanyalah semata mengikuti skenario tuhan. Bahwa mereka telah melaksanakan peran mereka dengan apik, bahwa pembangkangan terhadap perintah tuhan merupakan sebuah pengabdian belaka terhadap-nya. Maka dengan ini mereka melakukan sebuah “Pleidoi” atau pembelaan terhadap nasib mereka. Mereka menginginkan untuk kembali di angkat ke surga lantaran telah melaksanakan peran menyesatkan manusia dengan sempurna, yang tidak lain adalah menjalankan skenario alias perintah tuhan dan sebagai bentuk ketaatan mereka terhadap tuhan.

Dari sini saya mulai paham arti kata Pleidoi, sungguh sebuah cerita yang menarik, dimana kita diajak berfikir layaknya sebagai setan. Yang sebenarnya hanyalah menjalankan perintah tuhan semata, dengan memainkan peran untuk menyesatkan anak cucu Adam. Merekapun berargumen bahwa mereka tidaklah sejahat yang manusia kira. Bukanlah mereka yang menjerumuskan atau menyuruh manusia untuk berbuat jahat. Mereka hanya membisiki dan melancarkan tipu daya supaya manusia melakukan semua kesesatan yang ada. Sedangkan ulah manusia tersebut tak lain adalah karena kesalahan mereka sendiri, lantaran mereka memiliki pilihan untuk bertindak. Mereka para setan senior berujar “Kami para setan lebih baik dari manusia, kami tidak pernah membunuh setan lain sejak kami lahir, sedangkan manusia saling membunuh antara mereka sendiri.” “Kami tidak pernah memakan daging antar setan, sedangkan manusia telah melakukan tindakan keji kanibalisme. Sehingga kami lebih baik dari mereka.”

Di scene terakhir tampak ketiga manusia tadi berdiri di tengah-tengah panggung di iringi setan-setan di kiri kanan. Mereka bertiga sambil menutupi aurat menunjukkan mimik penyesalan di iringi dengan tangisan hina. Kemudian tirai merah kembali tertutup, end of story.

Adegan terakhir tampak semua pemain sedang menari tarian aneh di awal babak tadi dengan iringan musik klasik timur tengah, ada Reco, Simbok, Dupo, Dawet, Anjas, Sepoh, Elisabet, Bunglon dan Klemis (bukan nama sebenarnya -red) sedang asik menarikan tarian tersebut. Semua menarikannya dengan lemah gemulai kecuali Simbok Syska yang agak kaku gerakannya. Si Klemis Gegehpun tampak kocak menari dengan wajah konyolnya.

Tepuk tangan yang riuh dari penonton segera membahana di seluruh ruangan gedung Cak Durasim ketika tirai merah besar berjalan menutup panggung dengan bunyi gesekan yang tak enak di dengar telinga. Mungkin lantaran tak terawat dengan baik hingga menimbulkan bunyi gesekan seperti itu ketika tirai berjalan buka tutup. Tadinya saya kira suara itu sebagai bagian dari background musik pertunjukan, bodohnya saya.

[…fin…]

No comments:

Post a Comment

Recent Comments