“Pleidoi
Setan, Saya Setan Anda Siapa?”
Entah mengapa hasrat menulis
saya akhir-akhir ini menurun drastis, tajam seperti turunnya air terjun
setinggi 100 meter. Terhitung sudah 3 bulan lamanya saya tidak aktif menulis,
dengan tulisan terakhir yang mengulas petualangan kami tim Travelistar
Penjelajah mendaki Gunung Penanggungan yang mendebarkan. Mungkin kalau teman
saya si Fafa (the stage manager) tidak menyinggung tentang menulis ulasan
Penampilan teater teman-teman Teater Lingkar yang baru saja saya tonton, akan
terus terjadi perdebatan di hati saya apakah saya akan mengulasnya atau tidak,
dan mungkin sepuluh jari saya saat ini tidak akan menyentuh keyboard laptop
untuk mengetik tulisan yang sedang anda baca ini.
Baiklah, tanpa berbasa-basi
lagi, kali ini saya akan berbagi pengalaman seru menikmati pertunjukan
persembahan Teater Lingkar Surabaya pada malam peringatan 17 tahun eksistensi
Teater Lingkar Surabaya yang pastinya seru luar biasa membahana cakrawala tata
surya jagat raya lebay sekali ya…
Adalah sebuah Theater
Performing bertajuk “Pleidoi
Setan, Saya Setan Anda Siapa?”. Sedari awal saya mendengar judul tersebut,
yang terbersit di otak adalah sebuah petunjukan teater bertemakan horror. Namun
yang terjadi adalah di luar dugaan, walaupun sudah saya suruh masuk, tetap saja
di luar, dugaan.
Kembali saya di buat takjub
oleh teman-teman Teater Lingkar Surabaya, setelah sebelumnya saya menyaksikan
pertunjukan mereka di malam sastra tahun lalu, (it’s too bad saya melewatkan malam sastra yang baru saja diselenggarakan
beberapa waktu lalu). Kali ini saya dua kali lipat takjubnya bahkan kuadrat
takjub saya menyaksikan kekonyolan dan kelihaian mereka dalam menampilkan
pertunjukan tersebut. Mungkin kata yang paling tepat adalah saya di buat lebih
nge-fans lagi sama teman-teman dari Teater Lingkar Surabaya (ojok Ge Er
rek-red), terutama aksi si Gegeh yang begitu konyol dan menjiwai peran, it’s a mind blowing action, saya kira
hanya wajah Gegeh saja yang terlihat konyol, ternyata aksi panggungnya juga
tampak konyol dan alami, konyolnya.
Jam menunjukkan pukul 7.45 wib
ketika saya memutuskan untuk duduk di bangku paling depan dalam gelapnya gedung
kesenian Cak Durasim yang berada di Kompleks Taman Budaya Jl. Genteng Kali 85
Surabaya. Penonton yang memadati gedungpun cukup ramai yang kebanyakan adalah
anak-anak muda Surabaya dan sekitarnya yang masih peduli dengan kesenian dan
budaya bangsa sendiri, thanks guys.
Cukup lama kami menunggu acara di mulai, tak tampak wajah para penonton
lantaran gelap gulita, yang tampak hanya keriuhan obrolan mereka dari berbagai
sudut gedung.
Ketika acara dimulai,
muncullah 2 MC di atas panggung yang masih tertutup tirai besar berwarna merah
tua. Mereka terlihat begitu kompak dalam membawakan acara tersebut, dari
pembukaan hingga dimulainya pertunjukan. Yang satu cewek mirip Cut Tari dan
satu lagi cowok tidak mirip siapa-siapa, bagi yang tidak tahu siapa itu Cut
Tari berarti kebangetan, karena pasti belum lihat videonya.
Pertunjukan di mulai dengan
terbukanya tirai merah panggung dengan efek asap yang mengepul menyelimuti
sebagian besar panggung. Di tengah-tengah tampak seorang lelaki menggendong
seorang wanita di punggungnya yang dikemudian waktu saya baru paham bahwa
mereka sedang memerankan sosok Adam dan Hawa. Di sisi kanan dan kiri panggung
tampak pula sosok lelaki dan perempuan dengan aksesoris yang mencolok seperti
sosok setan. Tak lama terdengar suara dari belakang panggung, ternyata itu
suara tuhan, yang memerintahkan para setan untuk bersujud kepada Adam. Namun
para setan menolak lantaran merasa lebih tinggi derajatnya, dan pastilah mudah
di tebak apa yang terjadi selanjutnya. Setan kemudian membujuk Adam dan Hawa
untuk berbuat maksiat, kemudian mereka di turunkan ke Bumi kemudian mereka
bertobat, sedangkan setan di usir dari surga kemudian berjanji untuk
menyesatkan anak cucu Adam hingga kiamat tiba bla bla bla…
Yang menarik adalah adegan
setan membujuk Adam dan Hawa, tidak seperti pada cerita di kitab-kitab suci,
adegan setan membujuk Adam dan Hawa disini dengan melakukan tarian-tarian aneh
di iringi background musik bertema
padang pasir.
Scene selanjutnya tampak sebuah warung dengan segala dagangannya
yang sedang ditunggui seorang wanita cantik. Tampak pula seorang lelaki
perlente dengan baju berwarna cerah dan berkacamata hitam di dahi mendatangi si
wanita penjaga warung dan memulai obrolan. Sedang di kejauhan ada 2 sosok setan
junior yang sedang merencanakan skenario jahat untuk menjerumuskan kedua
manusia di warung tersebut.
Si lelaki berusaha merayu sang
wanita, dia mengatakan bahwa dia tidak mau seperti para pejabat di negeri ini
yang gemar korupsi, tidak mau seperti para caleg yang suka menghabiskan uangnya
demi suara terbanyak, yang giliran dia jadi anggota legislatif maka uang rakyat
pula di rampoknya. Dia lebih suka menjadi orang biasa-biasa atau bahkan
pengangguran seperti saat ini, tapi tidak korupsi. Maka obrolan hangat antar
keduanya pun di mulai dengan 2 sosok setan di samping masing-masing yang sedang
membujuk keduanya untuk berbuat dosa. Adegan-adegan konyolpun terjadi ketika si
setan berusaha merayu keduanya, seperti adegan mengibaskan kipas ke arah (maaf)
kemaluan si wanita kemudian beralih ke si lelaki dengan meniup pakai mulut
kearah kemaluannya. Lucunya lagi si setan lelaki ini tingkah lakunya seperti
banci yang banyak tingkah dan lemah gemulai.
Di tengah obrolan hangat itu,
datanglah seorang nenek-nenek tua yang berpakaian seperti dukun sakti. Di
bujuknya si lelaki untuk membeli jimatnya berupa cincin bernama Tunduk Bawuk,
dengan khasiat dapat menundukkan hati sang wanita cantik untuk di ajak mesum.
Namun jimat tersebut tidak gratis, dengan uang 1 juta si lelaki bisa memperoleh
cincin sakti tersebut. Lantaran bingung sebagai pengangguran yang tak punya
uang, si lelaki tak dapat membeli cincin sakti Tunduk Bawuk itu. Disitulah
sosok setan beraksi, mereka membujuk lelaki itu untuk mencuri dompet si dukun
dari dalam tasnya yang berisi banyak uang. Setelah berhasil mencuri, maka si
lelaki pamit dan berpura-pura untuk mengambil uangnya.
Si lelakipun pergi, kini giliran
si nenek dukun mendatangi sang wanita cantik dan membujuknya untuk membeli
jimat berupa keris untuk penglaris dagangannya. Sang wanita setuju dan tak lama
kemudian si nenek pergi dan sang wanita masuk ke dalam warungnya. Datanglah si
lelaki tadi hendak membayar utang kepada sang wanita cantik. Sebelumnya dia
sudah minum-minum minuman keras yang di oplos dengan berbagai bahan berbahaya
seperti spirtus dan beer, ide itupun muncul dari kedua setan yang berada di
dekatnya. Dalam keadaan mabuk itulah si lelaki merayu wanita untuk mau di ajak
mesum. Lantaran si lelaki membawa uang banyak dan melunasi utangnya serta
memberikan lebih, maka sang wanitapun mau diajak mesum.
Dalam adegan mesum berupa
video bayangan sebagai latar belakang panggung, kedua setanpun mengobrol ria,
bersuka ria dan bergembira ria. Mereka telah berhasil menjalankan misi
menyesatkan manusia. Namun ada satu hal yang mengganjal di hati mereka (emang
setan punya hati? -red), telah muncul fenomena bahwa beberapa manusia saat ini
telah memerankan peran mereka, yaitu menyesatkan manusia lainnya, seperti si
nenek dukun tadi. Kalau ini dibiarkan terjadi, maka para setan akan menganggur
dan tidak memiliki pekerjaan lagi. Kedua setanpun kini gelisah, jika ini terus
menerus terjadi, maka fungsi setan akan digantikan oleh manusia juga.
Selesai melakukan adegan
mesum, kedua orang lelaki dan wanita tadi keluar dari warung dan berasyik
masyuk, tak lama muncullah si nenek dukun dengan wajah marah dan teriak-teriak
tidak karuan. Dia menuduh si lelaki telah mencuri uangnya. Si lelaki tidak
terima di tuduh nenek dukun tersebut. Dalam keadaan mabuk si lelaki berusahan
membunuh si nenek dengan sebilah pisau dapur. Terjadi perkelahian antar
keduanya hingga pisau dapur tersebut terjatuh. Kemudian si lelaki berhasil
membunuh nenek dukun itu dengan menjeratkan kalung si nenek dukun ke lehernya.
Setelah itu si lelaki mengalami sakaratul maut pula, lantaran telah meminum
minuman keras oplosan hingga tewas. Si wanita cantik hanya bisa menangis keras
melihat kejadian-kejadian itu, end of
scene.
Scene selanjutnya, tampak 2
sosok setan senior sedang berdiri di atas singgasana di tengah-tengah panggung,
kemudian muncullah empat sosok setan junior beriringan dengan mengumandangkan
kata-kata aneh “Saya Setan, Anda Siapa? Saya Setan, Anda Siapa” berulang-ulang
sembari berjalan berputar-putar di atas panggung dengan kata-kata terakhir
“Anda Setan, Saya Siapa?”. Mereka tiba-tiba terhenti dan menggosip satu sama
lain, mereka saling curhat tentang keadaan manusia yang sekarang mulai
memerankan peran setan dalam hal penyesatan anak cucu Adam. Mereka khawatir
jika ini terjadi maka selanjutnya mereka akan menjadi pengangguran. Masak iya
setan nganggur.
Di tengah kekhawatiran
tersebut, sosok setan Senior segera angkat bicara. Mereka curhat kepada tuhan.
Mereka bilang bahwa kejadian di surga dulu hanyalah semata mengikuti skenario
tuhan. Bahwa mereka telah melaksanakan peran mereka dengan apik, bahwa pembangkangan
terhadap perintah tuhan merupakan sebuah pengabdian belaka terhadap-nya. Maka
dengan ini mereka melakukan sebuah “Pleidoi” atau pembelaan terhadap nasib
mereka. Mereka menginginkan untuk kembali di angkat ke surga lantaran telah
melaksanakan peran menyesatkan manusia dengan sempurna, yang tidak lain adalah
menjalankan skenario alias perintah tuhan dan sebagai bentuk ketaatan mereka
terhadap tuhan.
Dari sini saya mulai paham
arti kata Pleidoi, sungguh sebuah cerita yang menarik, dimana kita diajak
berfikir layaknya sebagai setan. Yang sebenarnya hanyalah menjalankan perintah
tuhan semata, dengan memainkan peran untuk menyesatkan anak cucu Adam.
Merekapun berargumen bahwa mereka tidaklah sejahat yang manusia kira. Bukanlah
mereka yang menjerumuskan atau menyuruh manusia untuk berbuat jahat. Mereka
hanya membisiki dan melancarkan tipu daya supaya manusia melakukan semua
kesesatan yang ada. Sedangkan ulah manusia tersebut tak lain adalah karena
kesalahan mereka sendiri, lantaran mereka memiliki pilihan untuk bertindak.
Mereka para setan senior berujar “Kami para setan lebih baik dari manusia, kami
tidak pernah membunuh setan lain sejak kami lahir, sedangkan manusia saling
membunuh antara mereka sendiri.” “Kami tidak pernah memakan daging antar setan,
sedangkan manusia telah melakukan tindakan keji kanibalisme. Sehingga kami
lebih baik dari mereka.”
Di scene terakhir tampak
ketiga manusia tadi berdiri di tengah-tengah panggung di iringi setan-setan di
kiri kanan. Mereka bertiga sambil menutupi aurat menunjukkan mimik penyesalan
di iringi dengan tangisan hina. Kemudian tirai merah kembali tertutup, end of story.
Adegan terakhir tampak semua
pemain sedang menari tarian aneh di awal babak tadi dengan iringan musik klasik
timur tengah, ada Reco, Simbok, Dupo, Dawet, Anjas, Sepoh, Elisabet, Bunglon
dan Klemis (bukan nama sebenarnya -red) sedang asik menarikan tarian tersebut.
Semua menarikannya dengan lemah gemulai kecuali Simbok Syska yang agak kaku
gerakannya. Si Klemis Gegehpun tampak kocak menari dengan wajah konyolnya.
Tepuk tangan yang riuh dari
penonton segera membahana di seluruh ruangan gedung Cak Durasim ketika tirai
merah besar berjalan menutup panggung dengan bunyi gesekan yang tak enak di
dengar telinga. Mungkin lantaran tak terawat dengan baik hingga menimbulkan
bunyi gesekan seperti itu ketika tirai berjalan buka tutup. Tadinya saya kira
suara itu sebagai bagian dari background
musik pertunjukan, bodohnya saya.
[…fin…]
No comments:
Post a Comment