Surabayaku
Kota Wisata
Surabaya, mendengar kata itu
setiap orang pasti akan teringat beberapa julukan bagi kota besar di pesisir
utara Jawa Timur ini, seperti Kota Pahlawan, Kota Terbesar ke dua di Indonesia
atau kota perdagangan terbesar di Indonesia Timur, atau juga Ibukota provinsi
Jawa Timur, bahkan sebagian orang mengingat Surabaya sebagai kota di mana
lokaslisasi terbesar se Asia Tenggara, yaitu Dolly, berada. Bahkan untuk yang
terakhir ini tidak hanya orang Indonesia yang mahfum, pernah saya berkesempatan
mendapati salah seorang sopir taksi di Kuala Lumpur Malaysia, sewaktu kembali
dari libur semester bersama kawan saya dari Turkmenistan, bahwa kata pertama
yang terucap dari mulutnya adalah Dolly ketika dia bertanya kepada saya
darimana saya berasal dan saya menjawab Surabaya. Sungguh tragis memang, namun
itulah yang terjadi selama ini.
Bagi saya, Surabaya adalah
kota wisata, ya... Surabaya adalah kota wisata yang sangat layak dikunjungi
oleh berbagai turis, baik lokal maupun mancanegara. Banyak sekali potensi
ke-wisata-an Surabaya yang dapat di gali dan dikembangkan, sebut saja wisata
kuliner. Karena memang di Surabaya lah tempat berkumpulnya berbagai kuliner
khas lokal Surabaya maupun Jawa Timur, yang memiliki citarasa khas yang tak
dapat ditemui di daerah lain maupun di dunia. Bahkan kita dapat menikmati
kuliner khas Timur Tengah di daerah Masjid Sunan Ampel, yang juga berada di
Surabaya. Kemudian juga Surabaya sebagai tempat wisata Sejarah. Berbagai lokasi
maupun bangunan bersejarah masih eksis dan terlihat original yang dapat di
temui di Surabaya. Mulai dari sejarah yang berasal lebih dari 700 tahun yang
lalu, di mana kerajaan Singasari masih berkuasa di Jawa Timur, dengan situs
patung Budha-nya bernama Joko Dolog yang berada di lokasi belakang taman
Apsari. Kemudian sejarah awal mulanya Islam tersebar di pulau Jawa, dengan
adanya Masjid dan Makam Sunan Ampel, salah satu penyebar agama Islam di tanah
Jawa yang biasa di sebut Wali Songo. Hingga berbagai bangunan Kolonial Belanda
yang tersebar di beberapa wilayah di Surabaya, seperti di areal Jembatan Merah
hingga Tugu Pahlawan.
Tak lupa Surabaya sebagai kota
wisata perjuangan, karena memang di kota inilah awal mula perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadi. Banyaknya peperangan dan
perjuangan rakyat Indonesia guna menangkal kekuatan Sekutu yang di boncengi
tentara Belanda terjadi di berbagai lokasi di Surabaya. Waktu itu, rakyat
Indonesia dari berbagai lapisan masyarakat maupun dari berbagai daerah di
Indonesia, berkumpul dan dengan sekuat tenaga menahan serangan tentara sekutu
yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia yang sudah memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Banyak situs-situs perjuangan di
Surabaya yang layak untuk di jual sebagai obyek wisata sehingga dapat
meningkatan pendapatan pemerintah kota maupun mensejahterakan rakyat Surabaya
dan sekitarnya dari sektor pariwisata. Karena bagi saya, pariwisata bukan
sekedar menjual bangunan indah maupun bersejarah, tapi lebih dari itu,
pariwisata adalah menjual cerita di balik sebuah bangunan atau lokasi yang
menjadi obyek wisata.
Saya teringat bagaimana
Vietnam mampu menjual cerita perjuangannya melawan tentara Amerika Serikat
dengan Chu Chi Tunnelnya, dimana mereka waktu itu tinggal di lorong-lorong bawah
tanah yang sangat sempit di pedalaman hutan guna menghindari serangan tentara
Amerika dan melakukan serangan secara gerilya dari hutan-hutan Vietnam. Seperti
yang dapat dilihat foto-fotonya di internet, lokasi atau obyek wisata tersebut
hanyalah berupa lubang-lubang kecil seukuran tubuh manusia dalam hutan, tapi
mampu mendatangkan turis-turis dari berbagai belahan dunia lantaran cerita di
balik lubang-lubang sempit itu. Kemudian Kamboja dengan cerita tragedi
pembantaian rakyat sipilnya yang dilakukan oleh pemerintahan komunis Khmer
Merah yang dipimpin Pol pot. Obyek wisata tersebut adalah sebuah kompleks
bangunan, yang sekarang di fungsikan sebagai museum, yang didalamnya berisi
ruangan-ruangan tempat pembantaian dan penyiksaan terjadi. Di dalam bangunan
tersebut juga dapat dijumpai foto dari para korban pembantaian beserta kumpulan
baju dan sepatu mereka yang terkumpul dalam kotak kaca. Kemudian ada pohon
kematian, sebuah pohon besar yang terletak di areal bangunan tersebut di mana
tentara Pol pot dengan kejamnya membunuhi rakyatnya, terutama anak-anak, dengan
cara membenturkan kepala mereka pada batang besar nan keras pohon tersebut.
Apabila kita menelaah dengan
kasat mata, betapa remehnya obyek fisik wisata tersebut, tapi dengan cerita
berkesan yang ada di balik obyek remeh tersebut, baik itu cerita heroik, cerita
tragis maupun cerita berkesan lainnya yang pernah terjadi di lokasi tersebut,
maka pemerintah maupun masyarakatnya mampu mendatangkan pendapatan yang tidak
sedikit dari para pengunjung obyek wisata tersebut. Surabaya, dengan begitu
banyaknya obyek atau lokasi yang memiliki cerita khas dan berkesan, seharusnya
mampu juga melakukan hal yang sama.
Memang, dari masa ke masa,
Surabaya lebih berfungsi sebagai kota perdagangan. Surabaya sebagai pintu masuk
berbagai pedagang asing di masa lalu ke tanah Jawa, mampu berkembang menjadi
kota perdagangan yang besar. Itu baik adanya, tapi melalui sejarah demi sejarah
yang panjang, sudah sepatutnyalah kota ini mengembangkan sektor lain untuk
dijadikan penyokong ekonomi masyarakatnya, terutama sektor pariwisata. Karena
berlangsungnya sejarah yang panjang, pastilah menimbulkan sebuah cerita yang
sangat menarik, hingga dapat menyedot perhatian para traveller untuk menjelajah
kota tercinta ini. Di Surabaya kita memiliki Tugu pahlawan, Jembatan Merah,
Gedung Internatio, Masjid Sunan Ampel, Pelabuhan Tanjung Perak, Jembatan
Suramadu, Hotel Majapahit dan lain sebagainya, yang memiliki cerita berkesan
dan menyimpan kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya, yang menurut saya
sangat layak untuk di jual.
Namun untuk menuju kesana,
diperlukan adanya perbaikan demi perbaikan yang bisa berjalan seiring dengan dikembangkannya
sektor pariwisata di Surabaya. Baik perbaikan berupa fisik maupun mental penghuni
kota ini. Terutama perbaikan mental pemerintah kotanya. Betapa pemerintah kota
Surabaya, dinas pariwisata khususnya, begitu meremehkan dan terkesan tidak
berbuat apa-apa demi mengembangkan sektor pariwisata di Surabaya. Pernah saya
berkesempatan berbincang dengan salah satu petinggi dinas Pariwisata Surabaya,
yang letak kantornya sangat dekat dengan tempat saya tinggal di Surabaya, yaitu
hanya dengan menyeberang jalan. Waktu itu saya menawarkan dagangan saya, yang
kemudian obrolan kami mengarah ke perkembangan sektor pariwisata di Surabaya.
Tapi sangat disayangkan sekali, ketika beliau bercerita bahwa pemkot, tepatnya
dinas pariwisata Surabaya hanya mendapatkan uang sangat sedikit dari pemerintah
pusat yaitu hanya sekitar 1,5 juta hingga 3 juta rupiah tiap bulannya. Sehingga
dinas pariwisata kota hanya dapat melakukan kegiatan berupa hiburan-hiburan
musik yang diadakan di berbagai taman kota yang ada di Surabaya untuk menghibur
masyarakat kota yang sedang berkunjung. Betapa hati saya saat itu mengkerut dan
mengecil sekecil-kecilnya, demi mendengarkan paparan seorang pejabat di dinas
pariwisata kota Surabaya tentang anggaran dan kegiatan dinas yang mereka
lakukan. Betapa mereka melihat sektor pariwisata di kota Surabaya begitu
kecilnya, sungguh mengenaskan. Entah benar atau salah tentang budget sektor
pariwisata yang beliau paparkan, hanya orang dinas pariwisata yang tahu,
walaupun bagi saya itu sangat tidak masuk akal. Inilah yang saya maksud mental
pemkotnya, melihat sektor pariwisata sendiri tidak begitu penting bagi mereka. Sehingga
perlu diadakan perbaikan dari sisi mental orang-orang yang berkecimpung di
dalamnya.
Begitu juga mental penduduknya
yang belum membentuk sebuah “tourism mindset”. Dimana mereka sendiri belum
menyadari betapa besar potensi wisata yang ada di kota dimana mereka tinggal,
mungkin kondisi ekonomi yang menyebabkan hal ini terjadi. Tidak ada yang dapat
menyalahkan itu, mereka masih bergulat dengan keadaan ekonomi yang serba sulit
dan belum mampu berfikir bahwa dengan banyaknya turis yang berkunjung, maka
kesempatan meraup untung dari kegiatan pariwisata dapat mereka lakukan, yang
mungkin dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri. Kita tahu
seperti negara tetangga kita Malaysia, mampu menjadikan sektor pariwisata
sebagai penyokong terbesar ke dua ekonomi negeri tersebut setelah sektor
energi. Sehingga menjadikan rakyat negerinya tergolong lebih makmur dari rakyat
negeri kita tercinta ini. Mereka melakukan banyak cara, termasuk cara yang
menyinggung bangsa kita, untuk membangun dan mempromosikan pariwisata mereka ke
seluruh penjuru dunia.
Tourism Mindset yang saya
maksud adalah keadaan dimana masyarakat kita dapat menangkap peluang yang ada
di sektor pariwisata. Dimana untuk membentuk tourism mindset tersebut, harus
memenuhi berbagai kondisi yang ada diantaranya adalah:
1.
Menyadari sepenuhnya bahwa potensi wisata di
kotanya sangat besar.
2.
Mengetahui obyek-obyek wisata umum yang ada di
kota tempat mereka tinggal dan memahami cerita di balik obyek wisata tersebut.
3.
Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa inggris
guna menjadi jembatan antara penduduk lokal dengan turis asing, sehingga
komunikasi dapat berlangsung dengan baik.
4.
Dan yang terakhir adalah berkecimpung di dalam
industri kepariwisataan itu sendiri, semisal berprofesi sebagai tour guide,
memiliki sebuah tempat penginapan (tidak harus berupa hotel), menjadi produsen atau
penjual souvenir ikon-ikon wisata kota, atau minimal dapat mengarahkan seorang
turis menuju obyek wisata tersebut dan lain sebagainya.
Apabila tourism mindset
masyarakat kota Surabaya sudah terbentuk, maka menjadi mudahlah jalan untuk
mengembangkan kota Surabaya sebagai kota wisata dunia yang se-level dengan
Bangkok di Thailand maupun Kuala Lumpur di Malaysia.
Kemudian perbaikan fisik
terutama infrastuktur kota juga menjadi faktor atau syarat utama untuk berkembangnya sektor wisata di Surabaya. Saya fikir,
jalanan di Surabaya sudah cukup memadai, hanya saja faktor transportasi
publiklah yang menjadi kendala umum. Transportasi kota Surabaya saya rasa belum
begitu mendukung sektor pariwisata yang ada. Tidak adanya informasi yang jelas
tentang bagaimana menuju lokasi obyek wisata di Surabaya dengan menggunakan
transportasi publik menjadi kendala utama disamping ketidaknyamanan ketika
berada di dalam kendaraan tersebut. Memang sudah ada bus kota Damri yang sudah
menggunakan AC, namun masih sangat terbatas pada bus kota jurusan tertentu dan
masih banyak jurusan yang lain yang kondisinya masih sama. Juga transportasi
publik seperti Len atau Mikrolet yang begitu banyaknya dan dengan kondisi yang
masih apa adanya, yang menjadikannya sebagai bukan pilihan utama untuk
menjelajah kota Surabaya. Menggunakan taksi dalam kota pun masih terkesan
mahal.
Bercermin dari kota-kota besar
tujuan wisata lain di Asia Tenggara, rata-rata mereka sudah memiliki
transportasi publik yang sangat memadai. Seperti dengan adanya kereta dalam
kota atau biasa di sebut LRT di Kuala Lumpur, MRT di Singapura dan BTS atau
Subway di Bangkok. Menjadikan kegiatan wisata di kota-kota tersebut sangat
mudah dan nyaman bagi turis, terutama turis asing. Karena untuk menuju obyek
wisata satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan memakai transportasi publik
tersebut. Informasi menuju lokasi wisatapun dapat di jumpai di mana-mana. Begitu
juga dengan jalanan kota yang ada, begitu bersih dan tertata rapih sehingga
mampu memberi kemudahan dan kenyamanan bagi para traveller penjelajah kota.
Tulisan ini bukanlah bertujuan
untuk mengkritik siapapun, tetapi lebih kedalam proses penyadaran bagi siapapun
yang membaca. Bahwa Kota Surabaya mampu menjadi kota wisata yang layak untuk di
kunjungi oleh para traveller seluruh dunia. Bahwa penulis juga sedang berjuang
untuk menjadikan kota Surabaya sebagai kota wisata Internasional. Dan tulisan-tulisan
yang akan datang akan mengulas tentang berbagai obyek wisata yang ada di
Surabaya yang berasal dari hasil kunjungan penulis yang akan dilakukan rutin
dengan kawan-kawan sesama traveller dan pecinta kota Surabaya. Sehingga di
harapkan di kemudian hari, kota Surabaya akan se-terkenal Bangkok maupun Kuala
Lumpur dan menjadi destinasi wajib di Asia.
[...fin...]
No comments:
Post a Comment