Saturday, September 21, 2013

   

Surabayaku Kota Wisata



Surabayaku Kota Wisata

Surabaya, mendengar kata itu setiap orang pasti akan teringat beberapa julukan bagi kota besar di pesisir utara Jawa Timur ini, seperti Kota Pahlawan, Kota Terbesar ke dua di Indonesia atau kota perdagangan terbesar di Indonesia Timur, atau juga Ibukota provinsi Jawa Timur, bahkan sebagian orang mengingat Surabaya sebagai kota di mana lokaslisasi terbesar se Asia Tenggara, yaitu Dolly, berada. Bahkan untuk yang terakhir ini tidak hanya orang Indonesia yang mahfum, pernah saya berkesempatan mendapati salah seorang sopir taksi di Kuala Lumpur Malaysia, sewaktu kembali dari libur semester bersama kawan saya dari Turkmenistan, bahwa kata pertama yang terucap dari mulutnya adalah Dolly ketika dia bertanya kepada saya darimana saya berasal dan saya menjawab Surabaya. Sungguh tragis memang, namun itulah yang terjadi selama ini.

Bagi saya, Surabaya adalah kota wisata, ya... Surabaya adalah kota wisata yang sangat layak dikunjungi oleh berbagai turis, baik lokal maupun mancanegara. Banyak sekali potensi ke-wisata-an Surabaya yang dapat di gali dan dikembangkan, sebut saja wisata kuliner. Karena memang di Surabaya lah tempat berkumpulnya berbagai kuliner khas lokal Surabaya maupun Jawa Timur, yang memiliki citarasa khas yang tak dapat ditemui di daerah lain maupun di dunia. Bahkan kita dapat menikmati kuliner khas Timur Tengah di daerah Masjid Sunan Ampel, yang juga berada di Surabaya. Kemudian juga Surabaya sebagai tempat wisata Sejarah. Berbagai lokasi maupun bangunan bersejarah masih eksis dan terlihat original yang dapat di temui di Surabaya. Mulai dari sejarah yang berasal lebih dari 700 tahun yang lalu, di mana kerajaan Singasari masih berkuasa di Jawa Timur, dengan situs patung Budha-nya bernama Joko Dolog yang berada di lokasi belakang taman Apsari. Kemudian sejarah awal mulanya Islam tersebar di pulau Jawa, dengan adanya Masjid dan Makam Sunan Ampel, salah satu penyebar agama Islam di tanah Jawa yang biasa di sebut Wali Songo. Hingga berbagai bangunan Kolonial Belanda yang tersebar di beberapa wilayah di Surabaya, seperti di areal Jembatan Merah hingga Tugu Pahlawan.

Tak lupa Surabaya sebagai kota wisata perjuangan, karena memang di kota inilah awal mula perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadi. Banyaknya peperangan dan perjuangan rakyat Indonesia guna menangkal kekuatan Sekutu yang di boncengi tentara Belanda terjadi di berbagai lokasi di Surabaya. Waktu itu, rakyat Indonesia dari berbagai lapisan masyarakat maupun dari berbagai daerah di Indonesia, berkumpul dan dengan sekuat tenaga menahan serangan tentara sekutu yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia yang sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Banyak situs-situs perjuangan di Surabaya yang layak untuk di jual sebagai obyek wisata sehingga dapat meningkatan pendapatan pemerintah kota maupun mensejahterakan rakyat Surabaya dan sekitarnya dari sektor pariwisata. Karena bagi saya, pariwisata bukan sekedar menjual bangunan indah maupun bersejarah, tapi lebih dari itu, pariwisata adalah menjual cerita di balik sebuah bangunan atau lokasi yang menjadi obyek wisata.

Saya teringat bagaimana Vietnam mampu menjual cerita perjuangannya melawan tentara Amerika Serikat dengan Chu Chi Tunnelnya, dimana mereka waktu itu tinggal di lorong-lorong bawah tanah yang sangat sempit di pedalaman hutan guna menghindari serangan tentara Amerika dan melakukan serangan secara gerilya dari hutan-hutan Vietnam. Seperti yang dapat dilihat foto-fotonya di internet, lokasi atau obyek wisata tersebut hanyalah berupa lubang-lubang kecil seukuran tubuh manusia dalam hutan, tapi mampu mendatangkan turis-turis dari berbagai belahan dunia lantaran cerita di balik lubang-lubang sempit itu. Kemudian Kamboja dengan cerita tragedi pembantaian rakyat sipilnya yang dilakukan oleh pemerintahan komunis Khmer Merah yang dipimpin Pol pot. Obyek wisata tersebut adalah sebuah kompleks bangunan, yang sekarang di fungsikan sebagai museum, yang didalamnya berisi ruangan-ruangan tempat pembantaian dan penyiksaan terjadi. Di dalam bangunan tersebut juga dapat dijumpai foto dari para korban pembantaian beserta kumpulan baju dan sepatu mereka yang terkumpul dalam kotak kaca. Kemudian ada pohon kematian, sebuah pohon besar yang terletak di areal bangunan tersebut di mana tentara Pol pot dengan kejamnya membunuhi rakyatnya, terutama anak-anak, dengan cara membenturkan kepala mereka pada batang besar nan keras pohon tersebut.

Apabila kita menelaah dengan kasat mata, betapa remehnya obyek fisik wisata tersebut, tapi dengan cerita berkesan yang ada di balik obyek remeh tersebut, baik itu cerita heroik, cerita tragis maupun cerita berkesan lainnya yang pernah terjadi di lokasi tersebut, maka pemerintah maupun masyarakatnya mampu mendatangkan pendapatan yang tidak sedikit dari para pengunjung obyek wisata tersebut. Surabaya, dengan begitu banyaknya obyek atau lokasi yang memiliki cerita khas dan berkesan, seharusnya mampu juga melakukan hal yang sama.

Memang, dari masa ke masa, Surabaya lebih berfungsi sebagai kota perdagangan. Surabaya sebagai pintu masuk berbagai pedagang asing di masa lalu ke tanah Jawa, mampu berkembang menjadi kota perdagangan yang besar. Itu baik adanya, tapi melalui sejarah demi sejarah yang panjang, sudah sepatutnyalah kota ini mengembangkan sektor lain untuk dijadikan penyokong ekonomi masyarakatnya, terutama sektor pariwisata. Karena berlangsungnya sejarah yang panjang, pastilah menimbulkan sebuah cerita yang sangat menarik, hingga dapat menyedot perhatian para traveller untuk menjelajah kota tercinta ini. Di Surabaya kita memiliki Tugu pahlawan, Jembatan Merah, Gedung Internatio, Masjid Sunan Ampel, Pelabuhan Tanjung Perak, Jembatan Suramadu, Hotel Majapahit dan lain sebagainya, yang memiliki cerita berkesan dan menyimpan kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya, yang menurut saya sangat layak untuk di jual.

Namun untuk menuju kesana, diperlukan adanya perbaikan demi perbaikan yang bisa berjalan seiring dengan dikembangkannya sektor pariwisata di Surabaya. Baik perbaikan berupa fisik maupun mental penghuni kota ini. Terutama perbaikan mental pemerintah kotanya. Betapa pemerintah kota Surabaya, dinas pariwisata khususnya, begitu meremehkan dan terkesan tidak berbuat apa-apa demi mengembangkan sektor pariwisata di Surabaya. Pernah saya berkesempatan berbincang dengan salah satu petinggi dinas Pariwisata Surabaya, yang letak kantornya sangat dekat dengan tempat saya tinggal di Surabaya, yaitu hanya dengan menyeberang jalan. Waktu itu saya menawarkan dagangan saya, yang kemudian obrolan kami mengarah ke perkembangan sektor pariwisata di Surabaya. Tapi sangat disayangkan sekali, ketika beliau bercerita bahwa pemkot, tepatnya dinas pariwisata Surabaya hanya mendapatkan uang sangat sedikit dari pemerintah pusat yaitu hanya sekitar 1,5 juta hingga 3 juta rupiah tiap bulannya. Sehingga dinas pariwisata kota hanya dapat melakukan kegiatan berupa hiburan-hiburan musik yang diadakan di berbagai taman kota yang ada di Surabaya untuk menghibur masyarakat kota yang sedang berkunjung. Betapa hati saya saat itu mengkerut dan mengecil sekecil-kecilnya, demi mendengarkan paparan seorang pejabat di dinas pariwisata kota Surabaya tentang anggaran dan kegiatan dinas yang mereka lakukan. Betapa mereka melihat sektor pariwisata di kota Surabaya begitu kecilnya, sungguh mengenaskan. Entah benar atau salah tentang budget sektor pariwisata yang beliau paparkan, hanya orang dinas pariwisata yang tahu, walaupun bagi saya itu sangat tidak masuk akal. Inilah yang saya maksud mental pemkotnya, melihat sektor pariwisata sendiri tidak begitu penting bagi mereka. Sehingga perlu diadakan perbaikan dari sisi mental orang-orang yang berkecimpung di dalamnya.

Begitu juga mental penduduknya yang belum membentuk sebuah “tourism mindset”. Dimana mereka sendiri belum menyadari betapa besar potensi wisata yang ada di kota dimana mereka tinggal, mungkin kondisi ekonomi yang menyebabkan hal ini terjadi. Tidak ada yang dapat menyalahkan itu, mereka masih bergulat dengan keadaan ekonomi yang serba sulit dan belum mampu berfikir bahwa dengan banyaknya turis yang berkunjung, maka kesempatan meraup untung dari kegiatan pariwisata dapat mereka lakukan, yang mungkin dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri. Kita tahu seperti negara tetangga kita Malaysia, mampu menjadikan sektor pariwisata sebagai penyokong terbesar ke dua ekonomi negeri tersebut setelah sektor energi. Sehingga menjadikan rakyat negerinya tergolong lebih makmur dari rakyat negeri kita tercinta ini. Mereka melakukan banyak cara, termasuk cara yang menyinggung bangsa kita, untuk membangun dan mempromosikan pariwisata mereka ke seluruh penjuru dunia.

Tourism Mindset yang saya maksud adalah keadaan dimana masyarakat kita dapat menangkap peluang yang ada di sektor pariwisata. Dimana untuk membentuk tourism mindset tersebut, harus memenuhi berbagai kondisi yang ada diantaranya adalah:
1.       Menyadari sepenuhnya bahwa potensi wisata di kotanya sangat besar.
2.       Mengetahui obyek-obyek wisata umum yang ada di kota tempat mereka tinggal dan memahami cerita di balik obyek wisata tersebut.
3.       Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa inggris guna menjadi jembatan antara penduduk lokal dengan turis asing, sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan baik.
4.       Dan yang terakhir adalah berkecimpung di dalam industri kepariwisataan itu sendiri, semisal berprofesi sebagai tour guide, memiliki sebuah tempat penginapan (tidak harus berupa hotel), menjadi produsen atau penjual souvenir ikon-ikon wisata kota, atau minimal dapat mengarahkan seorang turis menuju obyek wisata tersebut dan lain sebagainya.
Apabila tourism mindset masyarakat kota Surabaya sudah terbentuk, maka menjadi mudahlah jalan untuk mengembangkan kota Surabaya sebagai kota wisata dunia yang se-level dengan Bangkok di Thailand maupun Kuala Lumpur di Malaysia.

Kemudian perbaikan fisik terutama infrastuktur kota juga menjadi faktor atau syarat utama untuk  berkembangnya sektor wisata di Surabaya. Saya fikir, jalanan di Surabaya sudah cukup memadai, hanya saja faktor transportasi publiklah yang menjadi kendala umum. Transportasi kota Surabaya saya rasa belum begitu mendukung sektor pariwisata yang ada. Tidak adanya informasi yang jelas tentang bagaimana menuju lokasi obyek wisata di Surabaya dengan menggunakan transportasi publik menjadi kendala utama disamping ketidaknyamanan ketika berada di dalam kendaraan tersebut. Memang sudah ada bus kota Damri yang sudah menggunakan AC, namun masih sangat terbatas pada bus kota jurusan tertentu dan masih banyak jurusan yang lain yang kondisinya masih sama. Juga transportasi publik seperti Len atau Mikrolet yang begitu banyaknya dan dengan kondisi yang masih apa adanya, yang menjadikannya sebagai bukan pilihan utama untuk menjelajah kota Surabaya. Menggunakan taksi dalam kota pun masih terkesan mahal.

Bercermin dari kota-kota besar tujuan wisata lain di Asia Tenggara, rata-rata mereka sudah memiliki transportasi publik yang sangat memadai. Seperti dengan adanya kereta dalam kota atau biasa di sebut LRT di Kuala Lumpur, MRT di Singapura dan BTS atau Subway di Bangkok. Menjadikan kegiatan wisata di kota-kota tersebut sangat mudah dan nyaman bagi turis, terutama turis asing. Karena untuk menuju obyek wisata satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan memakai transportasi publik tersebut. Informasi menuju lokasi wisatapun dapat di jumpai di mana-mana. Begitu juga dengan jalanan kota yang ada, begitu bersih dan tertata rapih sehingga mampu memberi kemudahan dan kenyamanan bagi para traveller penjelajah kota.

Tulisan ini bukanlah bertujuan untuk mengkritik siapapun, tetapi lebih kedalam proses penyadaran bagi siapapun yang membaca. Bahwa Kota Surabaya mampu menjadi kota wisata yang layak untuk di kunjungi oleh para traveller seluruh dunia. Bahwa penulis juga sedang berjuang untuk menjadikan kota Surabaya sebagai kota wisata Internasional. Dan tulisan-tulisan yang akan datang akan mengulas tentang berbagai obyek wisata yang ada di Surabaya yang berasal dari hasil kunjungan penulis yang akan dilakukan rutin dengan kawan-kawan sesama traveller dan pecinta kota Surabaya. Sehingga di harapkan di kemudian hari, kota Surabaya akan se-terkenal Bangkok maupun Kuala Lumpur dan menjadi destinasi wajib di Asia.

[...fin...]

No comments:

Post a Comment

Recent Comments