Friday, September 20, 2013

   

Bangkok I'm in Lost part 6 end - Tempat-tempat Wisata di Bangkok



Tempat-tempat Wisata di Bangkok

Sebenarnya tempat-tempat wisata di Bangkok tidak begitu istimewa, tetapi yang istimewa adalah bagaimana pemerintah Thailand dapat menyelenggarakan sistem atau manajemen pariwisata di Negeri Gajah Putih tersebut dengan apik dan tertata sedemikian rupa. Hal itu adalah salah satu aspek yang membuat saya salut terhadap pemerintah Thailand, yang dapat membuat negerinya sebagai destinasi wisata nomor wahid di Asia untuk saat ini dan saat-saat sebelumnya yang cukup lama. Saya sendiri berharap wisata Indonesia yang memiliki potensi begitu besar dapat menyaingi ketenaran wisata Thailand di kemudian hari.

Sebut saja Grand Palace atau Wat Phra Kew yang begitu tersohor keseluruh penjuru dunia, hingga membuat image bahwa akan terasa belum pernah ke Bangkok jika belum mengunjungi situs warisan budaya tersebut. Wat Phra Kew atau Grand Palace atau kompleks Istana Kerajaan Thailand adalah sebuah situs sejarah yang dibangun seiring berdirinya Kerajaan Thailand di dibawah rajanya yang pertama yaitu Raja Rama I sebagai pendiri Dinasty Chakri. Kompleks Istana ini mulai di bangun pada tahun 1782 yang berisi Istana kerajaan dan kompleks peribadatan agama Budha yang lumayan megah dan mencakup luas beberapa hektar dan dikelilingi tembok yang besar dan tinggi. Dalam perkembangannya, kompleks istana ini tidak terhenti di bangun pada masa Raja Rama I saja, akan tetapi pembangunannya dan perluasan serta penambahan bangunan di teruskan oleh para Raja Thailand penggantinya. Bahkan hingga saat ini pembangunan dan renovasi masih terus berjalan, seperti yang saya sendiri lihat saat saya mengunjunginya.

Hanya saja kompleks istana tersebut sudah tidak di tinggali oleh keluarga kerajaan lagi, karena keluarga kerajaan Thailand sudah berpindah tempat di kompleks istana di Distrik Dusit. Sehingga fungsi Grand Palace saat ini lebih ke sebagai tujuan wisata dan tempat diselenggarakannya acara seremonial kerajaan saja. Walaupun tiket masuk lumayan mahal yaitu sekarang sebesar 500THB, namun pengunjung Grand Palace seperti tiada habisnya setiap hari. Mulai dari turis-turis bule barat hingga turis-turis dari negeri Tiongkok selalu memadati tempat wisata ini. Tak ketinggalan turis dari negeri sendiri yang ikut “njlentrek ting telecek” gak karuan di tempat tersebut, hingga membuat bahasa Indonesia dapat mudah di dengar di berbagai sudut Grand Palace.

Grand Palace ini terletak di distrik Rattanakosin Island yang masih dekat dengan tempat-tempat wisata terkenal di Bangkok lainnya seperti Wat Pho atau kuil di mana patung Budha “Leyeh-leyeh” raksasa berada, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reclining Budha. Kemudian pas nyeberang sungai Chao Phraya kita dapat menemukan Wat Arun, Kuil Budha tertua yang dihias berbagai macam kerang-kerangan dan porselen berwarna-warni yang biasa disebut Temple of Dawn atau “Kuil Matahari Surup”, surup adalah sebutan untuk matahari tenggelam dalam budaya Jawa.

Inilah yang saya maksud tidak terlalu istimewa, karena tujuan wisata di Bangkok khususnya wisata tempat bersejarah, ternyata tidak terlalu tua alias berumur hanya sekitar 200 tahun saja. Di Indonesia, banyak candi-candi yang memiliki nilai sejarah lebih tinggi dan berumur ribuan tahun, jika  dibandingkan yang ada di Thailand, yang sebenarnya lebih megah dan lebih istimewa dilihat dari segi besaran dan arsitekturnya serta bahan pembuatnya. Hanya saja, pemerintah dan masyarakat Indonesia kurang maksimal dalam memperkenalkan aset warisan leluhurnya kepada dunia, dan sudah cukup merasa puas dengan title Warisan Dunianya versi UNESCO untuk beberapa candi yang ada.

Tapi ya sudahlah, saya tidak mau membahas itu lebih lanjut, biar masing-masing dari kita bisa menyadarinya dan berbuat sesuatu di kemudian hari. Ada kisah menarik ketika saya dan para Ibu-ibu perias berkunjung di Grand Palace. Lantaran berbagai informasi di buku dan mbak Arie yang mengilustrasikan kondisi Grand Palace begitu berbahayanya, maksud saya di situ banyak dan sering terjadi penipuan kepada para turis asing. Maka sayapun bersiap siaga serta waspada penuh ketika berada di sana. Ceritanya saya dan para Ibu sudah di turunkan di pintu gerbang utama Grand Palace dimana ramai turis yang keluar-masuk pintu tersebut dan di depan sebelah kiri dan kanan gerbang ada pos penjaga berwarna hijau khas tentara. Lantaran semua syarat seperti yang di ungkap mbak Arie tidak terpenuhi, maka saya berasumsi bahwa itu bukanlah pintu utama. FYI beberapa syaratnya adalah sebagai berikut:
1.       Pintu gerbang ramai pengunjung keluar-masuk, (terpenuhi).
2.       Pintu gerbang lebih besar dari pintu lainnya di sekeliling Grand Palace, (tidak terpenuhi).
3.       Terdapat tulisan open daily dari jam sekian hingga jam sekian yang besar di atap pintu gerbang, (tidak terpenuhi).
4.       Bentuk pintu gerbang utama berbeda dari pintu gerbang lainnya, (tidak terpenuhi).
Dari semua syarat pintu gerbang utama tersebut, hanya satu saja yang terpenuhi, sehingga saya berasumsi itu bukanlah pintu gerbang yang sebenarnya, waktu itu saya pikir itu adalah pintu keluar, dan membuat saya memutuskan untuk jalan bersama para Ibu mengelilingi tembok Grand Palace demi mencari pintu gerbang yang sesungguhnya. Yang stupidnya lagi, kami, atau lebih tepatnya saya, baru menyadari kalau pintu gerbang tadi adalah pintu masuk yang sesungguhnya setelah kami berhasil berjalan mengelilingi separuh kotak tembok Grand Palace. Masih waspada ternyata tetep juga salah hehe... Untungnya di seberang jalan sudah terlihat Wat Pho dengan indahnya, demi menutupi kebodohan saya, maka sayapun menyarankan pada para peserta tour untuk mengunjungi kuil Budha Leyeh-leyeh tersebut.

Setelah bosan dengan Wat Pho dan Budha tidurnya, kami segera berangkat menuju gerbang Grand Palace tadi mengendarai Tuk-tuk, moda transportasi khas Thailand. Tidaklah membutuhkan waktu cukup lama untuk berkeliling di dalam Grand Palace, karena kegiatan kami hanya berfoto dan berfoto saja. Saya sengaja tidak mendeskripsikan bagaimana bentuk dan rupa Grand Palace karena uraian tersebut dapat di baca di berbagai tulisan yang lain baik dari buku maupun sumber internet. Yang saya mau tekankan di sini adalah, betapa panasnya suhu udara di areal Grand Palace waktu itu. Hingga membuat kepala botak saya terasa terbakar dan memerah seperti merahnya bata waktu di bakar api dalam sekam, halah gak penting...

Atraksi menarik lainnya yang ada di Bangkok adalah wisata belanjanya, yap... Thailand sangat terkenal dengan wisata belanja murahnya. Hal ini tentunya tidak dapat terlewatkan oleh para Ibu peserta tour, begitu juga dengan saya. Tapi tidak semua tempat belanja menawarkan harga yang sama murahnya. Seperti ketika di Platinum Mall, rata-rata barang dagangan disini di jual lebih mahal di banding tempat lainnya. Meskipun image mall tersebut sebagai mall dengan harga grosir, hal itu tidak serta merta menjadikan harga barang di mall tersebut lebih murah dari tempat lainnya. Karena yang saya dapati ketika berjalan di trotoar daerah Pratunam, harga barang yang sama di jual jauh lebih murah oleh para pedagang pinggir jalan di daerah tersebut. Begitu juga di Mall Mah Boon Krong atau terkenal dengan sebutan MBK. Disini benar-benar surganya belanja bagi orang Indonesia. Karena kios-kios dagangan souvenir di lantai 6 menjajakan barang dagangannya jauh lebih murah di banding di tempat belanja lainnya. Bahkan jika dbandingkan dengan harga souvenir di pasar Chatucak, yang terkenal dengan pasar weekend terbesar di Bangkok, bahkan di Thailand. Karena mencakup luas areal beberapa belas hektar dan memiliki kios dagangan lebih dari 15 ribu kios.

Itulah sedikit review tentang wisata di Thailand, khususnya di Bangkok. Semoga bermanfaat untuk kita semua baik ketika di dunia maupun di akherat kelak, amiin. Masih banyak aspek perjalanan saya di Bangkok yang mungkin terlewatkan untuk saya jelaskan disini, yang bisa anda semua dapatkan di referensi perjalanan yang lain. Jika di review perjalanan lain mungkin sangat menyanjung dan melebihkan wisata Bangkok, saya justru sebaliknya dan melihatnya biasa-biasa saja. Karena bagi saya banyak wisata di negeri sendiri yang jauh lebih bagus dan lebih layak untuk di kunjungi dan terkenal ke seluruh penjuru dunia, tau kenapa? Ya karena saya lebih mencintai negeri sendiri, Indonesia Jayati, Indonesia Raya, MERDEKA...

[...fin...]

No comments:

Post a Comment

Recent Comments